Logika Mistika adalah 2 kata yang tidak
terlepas dari paradigma masyarakat Indonesia
yang sangat kental akan mistikanya. Mistika yang dimaksud masih
mempercayai hal-hal supranatural yang dihubungkan oleh masyarakat menjadi
sebuah pantangan, mitos ataupun takhayul. Mistika dalam Indonesia banyak
jenisnya seperti ritual-ritual takhayul, mitos-mitos, dukun, takut terhadap
hantu dan seterusnya. Kemudian itu dikembangkan dan diyakini oleh kebanyakan
masyarakat sekarang.
Mungkin dari
sebagian orang ada yang tidak mempercayai hantu, menganggap hantu itu tidak ada,
bahkan ada juga yang meminta tolong/bekerja sama dengan hantu. Jika diamati
lebih dalam bahwa kondisi generasi sekarang masih mempercayai dan mewarisi
budaya nenek moyang tersebut. Budaya tersebut memiliki dampak, yaitu generasi
penerus sulit untuk memaksimalkan critical thinking dan creative thinkingnya karena
terhambat budaya yang terus dipegang serta diyakini. Maka dari itu, tujuan pembahasan
dari tulisan ini adalah takut terhadap hantu adalah warisan nenek moyang yang dapat
menghambat generasi penerus. Generasi penerus harus senantiasa menggunakan critical
thinking dalam setiap tindakan dan memilih lingkungan yang tetap mengondisikan
untuk berpikir rasional.
Menurut beberapa penelitian psikologi
dan ilmu syaraf dari Michael Shermer dan Steven Pinker takut terhadap hantu
adalah hasil dari produksi otak manusia yang di manifestasi melalui imajinasi, sugesti
budaya dan itu di wariskan dari generasi ke generasi. Nenek moyang yang
mewariskan sebuah budaya dan mendoktrin generasi-generasi berikutnya untuk
takut terhadap hantu. Semisalnya kita melihat ruang gelap langsung
menghubungkan dengan hantu, ketika ada suara aneh yang itu posisinya di
ruangan/tempat yang sepi langsung menghubungkan ada hantu, suara yang terdengar
itu karena ulah dari hantu.
Takut dengan
hantu adalah doktrin dari nenek moyang untuk generasi selanjutnya, jika ini
terus diwariskan dari generasi ke generasi. Maka akan menjadi sebuah rantai
kebodohan yang itu terus dilestarikan. Generasi penerus yang seharusnya jadi
pionir utama untuk kemajuan peradaban, justru akan terus bodoh karena tertutupi
oleh ketakutan akan adanya hantu, generasi yang tidak mampu bersaing dan
generasi yang tidak mampu berpikir kritis atau rasional.
Generasi penerus
harus senantiasa untuk berpikir kritis dan rasional dalam setiap tindakannya. Serta memiliki
lingkungan untuk tetap mengodisikan berpikir kritis dan rasional. Meskipun kepribadian dibentuk oleh
diri sendiri, tetapi faktor lingkungan jangan dianggap tidak berarti. Lingkungan
adalah salah satu faktor yang memiliki pengaruh yang cukup kuat untuk membentuk
kepribadian seseorang. Jika lingkungan yang terus mengondisikan untuk percaya
terhadap takhayul, maka akan sulit untuk mewujudkan generasi penerus yang unggul
dan berkualitas karena kurang mengondisikan untuk berpikir kritis dan rasional.
Jika lingkungan terus mengondisikan untuk berpikir kritis dan rasional, maka akan
terciptanya generasi yang unggul dan berkualitas. Generasi yang akan mampu
bersaing dengan bangsa selainnya, generasi yang mampu membawa kemajuan peradaban
dan mewujudkan masyarakat yang seimbang (segala sektor yang berjalan semestinya)
Generasi penerus adalah pionir utama
untuk membawa kemajuan peradaban. Sehingga generasi penerus harus untuk
berpikir kritis dalam segala hal, memilih lingkungan yang tetap mengondisikan
kita berpikir kritis, rasional dan menghayati segala penciptaan Allah baik itu
imateri atau materi. Kemudian tidak terlena dengan lingkungan yang negatif atau
justru mewariskan budaya takut hantu kepada generasi-generasi penerus selanjutnya. Semoga
dengan adanya tulisan ini menjadi sebuah khazanah baru untuk kita dan generasi
selanjutnya.

Social Media