BLANTERORIONv101

Takut Hantu adalah Warisan paradigma Nenek Moyang yang Dapat Menghambat Kemajuan Generasi Penerus

27 Oktober 2025

  

Image by Stefan Keller from Pixabay


        Logika Mistika adalah 2 kata yang tidak terlepas dari paradigma masyarakat Indonesia  yang sangat kental akan mistikanya. Mistika yang dimaksud masih mempercayai hal-hal supranatural yang dihubungkan oleh masyarakat menjadi sebuah pantangan, mitos ataupun takhayul. Mistika dalam Indonesia banyak jenisnya seperti ritual-ritual takhayul, mitos-mitos, dukun, takut terhadap hantu dan seterusnya. Kemudian itu dikembangkan dan diyakini oleh kebanyakan masyarakat sekarang.  

Mungkin dari sebagian orang ada yang tidak mempercayai hantu, menganggap hantu itu tidak ada, bahkan ada juga yang meminta tolong/bekerja sama dengan hantu. Jika diamati lebih dalam bahwa kondisi generasi sekarang masih mempercayai dan mewarisi budaya nenek moyang tersebut. Budaya tersebut memiliki dampak, yaitu generasi penerus sulit untuk memaksimalkan critical thinking dan creative thinkingnya karena terhambat budaya yang terus dipegang serta diyakini. Maka dari itu, tujuan pembahasan dari tulisan ini adalah takut terhadap hantu adalah warisan nenek moyang yang dapat menghambat generasi penerus. Generasi penerus harus senantiasa menggunakan critical thinking dalam setiap tindakan dan memilih lingkungan yang tetap mengondisikan untuk berpikir rasional.

         Menurut beberapa penelitian psikologi dan ilmu syaraf dari Michael Shermer dan Steven Pinker takut terhadap hantu adalah hasil dari produksi otak manusia yang di manifestasi melalui imajinasi, sugesti budaya dan itu di wariskan dari generasi ke generasi. Nenek moyang yang mewariskan sebuah budaya dan mendoktrin generasi-generasi berikutnya untuk takut terhadap hantu. Semisalnya kita melihat ruang gelap langsung menghubungkan dengan hantu, ketika ada suara aneh yang itu posisinya di ruangan/tempat yang sepi langsung menghubungkan ada hantu, suara yang terdengar itu karena ulah dari hantu.

Takut dengan hantu adalah doktrin dari nenek moyang untuk generasi selanjutnya, jika ini terus diwariskan dari generasi ke generasi. Maka akan menjadi sebuah rantai kebodohan yang itu terus dilestarikan. Generasi penerus yang seharusnya jadi pionir utama untuk kemajuan peradaban, justru akan terus bodoh karena tertutupi oleh ketakutan akan adanya hantu, generasi yang tidak mampu bersaing dan generasi yang tidak mampu berpikir kritis atau rasional.

Generasi penerus harus senantiasa untuk berpikir kritis dan rasional dalam setiap tindakannya. Serta memiliki lingkungan untuk tetap mengodisikan berpikir kritis dan rasional. Meskipun kepribadian dibentuk oleh diri sendiri, tetapi faktor lingkungan jangan dianggap tidak berarti. Lingkungan adalah salah satu faktor yang memiliki pengaruh yang cukup kuat untuk membentuk kepribadian seseorang. Jika lingkungan yang terus mengondisikan untuk percaya terhadap takhayul, maka akan sulit untuk mewujudkan generasi penerus yang unggul dan berkualitas karena kurang mengondisikan untuk berpikir kritis dan rasional. Jika lingkungan terus mengondisikan untuk berpikir kritis dan rasional, maka akan terciptanya generasi yang unggul dan berkualitas. Generasi yang akan mampu bersaing dengan bangsa selainnya, generasi yang mampu membawa kemajuan peradaban dan mewujudkan masyarakat yang seimbang (segala sektor yang berjalan semestinya)

         Generasi penerus adalah pionir utama untuk membawa kemajuan peradaban. Sehingga generasi penerus harus untuk berpikir kritis dalam segala hal, memilih lingkungan yang tetap mengondisikan kita berpikir kritis, rasional dan menghayati segala penciptaan Allah baik itu imateri atau materi. Kemudian tidak terlena dengan lingkungan yang negatif atau justru mewariskan budaya takut hantu  kepada generasi-generasi penerus selanjutnya. Semoga dengan adanya tulisan ini menjadi sebuah khazanah baru untuk kita dan generasi selanjutnya.

 

Komentar